Mushonnif melanjutkan membahas tentang penempatan tanda/alamat i'rab tersebut secara spesifik. Dimulai dari TANDA I’RAB ASMAUS SITTAH sebagai materi ke 05. Terjemah Alfiyyah Ibnu Malik ini.
Setelah membahas tentang I'rab dan Tandanya pada postingan sebelumnya. Sekarang Mushonnif melanjutkan membahas tentang penempatan tanda/alamat i'rab tersebut secara spesifik. Dimulai dari TANDA I’RAB ASMAUS SITTAH sebagai materi ke 05. Terjemah Alfiyyah Ibnu Malik ini.
Tanda I'rab Asma-us Sittah
وَارْفَعْ بِــوَاوٍ وَانْصِبَنَّ بِالأَلِفْ ¤ وَاجْرُرْ بِيَاءٍ مَا مِنَ الأَسْمَا أَصِفْ
Rofa’kanlah dengan Wau, Nashabkanlah dengan Alif, dan Jarrkanlah dengan Ya’, untuk Isim-Isim yang akan aku sifati sebagai berikut (Asmaus Sittah):
Lafadz-lafadz Asma-us Sittah
مِنْ ذَاكَ ذُو إِنْ صُحْبَةً أَبَانَا ¤ وَالْفَــــــمُ حَيْثُ الْمِيْمُ مِنْهُ بَانَا
Diantara Isim-Isim itu (Asmaus Sittah) adalah ذُو jika bermakna Shahib (yg memiliki), dan الْفَـمُ bila Huruf mim dihilangkan darinya.
أَبٌ أَخٌ حَـــمٌ كَـــذَاكَ وَهَـــنُ ¤ وَالْنَّقْصُ فِي هذَا الأَخِيْرِ أَحْسَنُ
Juga أَبٌ, أَخٌ, حَـمٌ, demikian juga هَنُ. Tapi i’rab Naqsh untuk yang terakhir ini (هَنُ) adalah lebih baik.
وَفِي أَبٍ وَتَـالِيَيْهِ يَنْـــدُرُ ¤ وَقَصْرُهَا مِنْ نَقْصِهِنَّ أَشْهَرُ
Untuk أَبٌ dan 2 lafadz yang mengiringinya (أَخٌ dan حَـمٌ) jarang memakai i’rab Naqsh. Sedangkan i’rab Qoshr malah lebih masyhur daripada I’rab Naqshnya.
Syarat-syarat Asma-us Sittah
وَشَرْطُ ذَا الإعْرَابِ أَنْ يُضَفْنَ لاَ ¤ لِلْيَــا كَــجَا أَخْــو أَبِيْـــكَ ذَا اعْـــتِلاَ
Syarat I’rab ini (Rafa’ dengan wau, Nasha dengan Alif, dan Jarr dengan Ya’ pada Asmaus Sittah) harus Mudhaf kepada selain Ya’ Mutakallim.
Seperti: جَاءَ أَخْــو أَبِيْـــكَ ذَا اعْـــتِلاَ.
Penjelasan
- Asma-us Sittah adalah isim yang berjumlah 6 yaitu أَبٌ أَخٌ حَـــمٌ فُ ذُوْ هَنُ
- I'rab dari Asma-us Sittah adalah [1] Rofa' dengan Wawu [2] Nashob dengan Alif [3] Jarr dengan Ya' (disebut dengan I'rab Itmam)
- ذُوْ bisa menggunakan i'rab di atas apabila bermakna "Orang yang memiliki" seperti pada contoh ذُوْ مَالٍ
- فُ yang berati "mulut" bisa menggunakan i'rab di atas apabila tidak ada huruf Mim dibelakangnya. Bila ada huruf Mim-nya, maka i'rabnya adalah seperti Isim Mufrad.
- Lafadz هَنُ (artinya : alat kelamin) meskipun bisa di i'rabi dengan i'rab di atas. Akan tetapi yang lebih Masyhur dan terkenal adalah menggunakan i'rab Naqsh yaitu menggunakan i'rabnya isim Mufrad (Rofa' dengan Dlommah, Nashob dengan Fathah, Jarr dengan Kasroh).
- أَبٌ أَخٌ حَـــمٌ bisa di i'rabi dengan I'rab Itmam, I'rab Naqsh seperti هَنُ atau I'rab Qashr yaitu memperkirakan adanya tanda I'rab pada huruf Alif (Rofa' ditandai dengan Dlommah, Nashob dengan Fathah, Jarr dengan Kasroh yang semuanya dikira-kirakan pada huruf Alif) contohnya : إِنَّ أَبَاهَا وَاَبَا أَبَاهَا. Akan Tetapi penggunaan I'rab Qashr pada tiga lafadz ini lebih masyhur daripada i'rab Naqsh.
- Syarat dan ketentuan Asma' Sittah bisa menggunakan I'rab Itmam adalah ketika tidak di-mudlof-kan (disandarkan) pada dlomir Ya' Mutakallim.
Kesimpulan
- Asma-us Sittah adalah isim yang berjumlah 6 yaitu أَبٌ أَخٌ حَـــمٌ فُ ذُوْ هَنُ
- I'rab dari Asma-us Sittah adalah [1] Rofa' dengan Wawu [2] Nashob dengan Alif [3] Jarr dengan Ya' (disebut dengan I'rab Itmam)
- Syarat ذُوْ dan فُ bisa menggunakan I'rab Itmam adalah ذُوْ harus bermakna "Orang yang memiliki" dan فُ yang bermakna mulut tidak bersamaan dengan Mim di akhirnya.
- Lafadz هَنُ lebih baik dan lebih masyhur menggunakan I'rab Naqsh. Sedangkan أَبٌ أَخٌ حَـــمٌ meskipun bisa menggunakan I'rab Itmam, I'rab Naqsh dan I'rab Qashr, tapi lebih baik menggunakan I'rab Itmam selanjutnya I'rab Qashr.
- Syarat dan ketentuan Asma' Sittah bisa menggunakan I'rab Itmam adalah ketika tidak di-mudlof-kan (disandarkan) pada dlomir Ya' Mutakallim.
Demikian Penjelasan tentang Tanda I'rab Asma-us Sittah pada Kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Sampai bertemu kembali pada Terjemah Alfiyyah Ibnu Malik selanjutnya.
Syukron-Terima Kasih
COMMENTS